Sabtu, 21 Juli 2012

Timbangan Pedagang Pasar Bandarjo Ditera Ulang


UNGARAN, KOMPAS.com - Guna memastikan tidak ada kecurangan dalam melakukan pengukuran dan penimbangan, Balai Metrologi Wilayah Semarang selama tiga hari menera ulang alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) milik para pedagang pasar induk Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang.
Para pedagang menyambut baik layanan tera ulang yang terjadwal setiap setahun sekali ini. Penera Metrologi Wilayah Semarang, Kosim mengatakan, tingkat partisipasi pedagang dalam kegiatan tera ulang ini sangat tinggi. Hal itu terlihat dari jumlah pedagang yang menera ulang timbangannya pada hari kedua, Kamis (19/7/2012) pukul 11.45 WIB, hampir 70 persen atau sekitar 187 pedagang dari total 200-an pedagang.
Padahal, kata Kosim, untuk Layanan tera ulang, para pedagang dipungut retribusi sesuai jenis timbangannya. "Untuk timbangan meja Rp 15 ribu dan timbangan centisinal Rp 25 ribu. Selain pedagang pasar, (tera ulang, red) juga ditujukan pada pemilik toko emas dan apotek yang biasa memakai timbangan neraca atau digital," jelas Kosim.
Kosim menambahkan, bagi mereka yang tidak mau melakukan tera ulang maka akan terkena sanksi sesuai Undang-Undang nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal dengan ancaman satu tahun penjara dan atau denda paling tinggi Rp 1 juta.
"Setelah ditera, jika ada selisih ukur maka harus diperbaiki seperti semula. Selisih bisa disebabkan karena volume pemakaian ataupun wadahnya penuh residu atau kerak," kata Kosim.
Sementara itu, para pedagang mengaku senang dengan layanan tera ulang tersebut, karena akan menambah tingkat kepercayaan pembeli terhadap para pedagang. "Saya senang dan lebih tenang. Saya takut dituntut di akhirat kalau timbangan saya ternyata tidak benar. Apalagi ini menjelang puasa kan?" kata Ny Mashuri, seorang pedagang ikan segar. 



Sumber : kompas.com



Mutasi Pegawai Nakal, PAD Pariwisata Tak Bocor


UNGARAN, KOMPAS.com - Pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Semarang pada semester pertama tahun ini telah mencapai 55 persen atau Rp 1,4 miliar dari total target sebesar Rp 2,5 miliar.
Pencapaian tersebut lebih baik dibandingkan realisasi tahun 2011 yang hanya mencapai 70 persen atau 1,8 miliar dari target sebesar Rp 2,3 miliar.
Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Semarang, Heru Purwantoro mengatakan, kondisi tersebut merupakan dampak dari pembentukan Tim Intensifikasi Pendapatan (TIP) yang bertugas mengatasi kebocoran, pembenahan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan pengawasan.
Ia menjelaskan, pihaknya hingga saat ini telah memutasikan tiga petugas pariwisata yang "nakal" di lapangan, berdasarkan laporan dari TIP.
"Petugas yang nakal tersebut biasanya bertindak membuat laporan palsu tentang karcis. Semisal ia mengeluarkan karcis sebanyak 100 lembar tapi hanya dilaporkan 50 lembar," kata Heru.
Menilik sisa waktu 2012 ini pariwisata masih memiliki beberapa even besar, yakni libur hari raya Idul Fitri dan Natal pada akhir tahun, Heru optimistis pada tutup tahun 2012 realisasi pendapatan sektor pariwisata dapat melampauai target.
"Pada dua hari besar tersebut dipastikan jumlah pengunjung wisata akan meningkat tajam. Sejauh ini candi Gedongsongo menyumbang hampir 50 persen dari total pemasukan," tandasnya.


Sumber : kompas.com


Tradisi Padusan, Persewaan Sarung Laris Manis


UNGARAN, KOMPAS.com - Tradisi padusan menjelang bulan Ramadhan di sendang Nyatnyono, Ungaran Barat membawa berkah bagi belasan ibu-ibu yang menawarkan jasa sewa kain sarung.
Sebab salah satu aturan dalam tradisi padusan adalah pengunjung dilarang mandi telanjang. Alhasil, para pengunjung yang tak sempat membawa baju ganti harus menyewa sarung agar bisa mengikuti padusan.
Salah satu Ibu-ibu yang menyewakan kain sarung adalah, Yuni (35) warga setempat. Ia mengatakan sepekan menjelang puasa pendapatannya dalam sehari mencapai Rp 50 ribu.
"Kalau hari biasa Rp 30 ribu. Harga sewanya tetap Rp 1.000. Meski pengunjung membludak saya tak mau ambil kesempatan dengan menaikkan harga," kata Yuni, Kamis (19/7/2012), yang mengaku menyediakan sekitar 30 potong kain sarung.
Selain persewaan kain sarung seperti yang dilakoni Yuni, sejumlah warga juga memanfaatkan momen ini dengan berjualan botol kosong kemasan air mineral, sebagai wadah air sendang yang biasa dibawa pulang para pengunjung karena diyakini mempunyai karomah.
Satu botol kosong kemasan 1,5 liter dijual seharga seribu rupiah. Tak ketinggalan, momen-momen pengunjung dari mulai sendang sampai kemakam Syaikh Hasan Munadi diabadikan oleh sejumlah Fotografer amatir yang menjual hasil cetakannya kembali ke pengunjung dengan harga Rp 5.000 per lembarnya.


Smber : kompas.com


Rabu, 04 Juli 2012

Sejumlah Kepala Dinas Diresahkan SMS Tidak Bertanggungjawab


UNGARAN, suaramerdeka.com - Sejumlah kepala dinas di Kabupaten Semarang akhir-akhir ini mengaku resah, setelah mendapatkan telepon dan pesan singkat (sms) dari seseorang yang mengaku sebagai wartawan. Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, isi sms dari nomor ponsel 081333109443 salah satunya mengatakan, 'tolong njenengan bantu sak mampunya mas Anang. Kasihan dia, posisi lagi operasi kanker otak di RS Kariadi Semarang. Silahkan transfer uang ke rekening BCA dengan rekening 1400531851'.
Sambungan telepon dan sms tersebut diketahui telah beredar ke empat kepala dinas, masing-masing Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Semarang, Abdullah Maskur, Kepala Badan Pemberdayaan Masayarakat dan Desa (Bapermasdes) Kabupaten Semarang, Yosep Bambang Tri Hardjono, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Semarang, Budi Kristiono, dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, Dewi Pramuningsih.
"Kemarin saya mendapat telepon dari seseorang yang mengaku wartawan wilayah tugas di Kabupaten Semarang. Saat itu penelpon mengatakan seorang wartawan bernama Aris sedang dirawat di rumah sakit dan butuh bantuan dana. Setelah dikroscek ternyata fiktif," kata Kepala DPPKAD Kabupaten Semarang, Abdullah Maskur saat ditemui di kantornya, Rabu (4/7).
Senada dengan Abdullah Maskur, Kepala Bapermasdes, Yosep Bambang Tri Hardjono juga mendapatkan pemberitahuan serupa. Namun karena merasa tidak mengenal wartawan yang dimaksud, pihaknya pun mengabaikan telepon tersebut.
"Saat itu penelopon mengaku sebagai wartawan Jawa Pos. Karena tidak kenal maka saya memilih tidak menanggapinya," tuturnya.
Menanggapi temuan tersebut, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FKWKS) Rusmato Budi menjelaskan, sejauh ini pihaknya telah mendapatkan laporan dari empat kepala dinas. Menurutnya, saat ini tidak ada wartawan FKWKS yang sakit dan butuh bantuan dana.
"Kami berharap kepada siapa saja penerima telepon atau sms untuk mengkroscek kebenaran informasi tersebut kepada FKWKS agar tidak menjadi korban penipuan seseorang yang tidak bertanggungjawab," tandasnya.

Sumber : http://www.suaramerdeka.com


Debit Air Embung Menyusut Pertanian di Semarang Kritis


SEMARANG (Suara Karya): Memasuki kemarau tahun ini, beberapa embung di Kabupaten Semarang tidak bisa berfungsi maksimal, setelah debit airnya menyusut drastis. Kondisi itu membuat sektor pertanian di wilayah itu menjadi kritis.

Menurut Kasi Penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman dan Pengolahan Lahan dan Air, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Semarang, Ady Jatmiko, keberadaan embung yang gagal berfungsi maksimal disebabkan makin menipisnya curah hujan.
"Hampir semua embung yang berfungsi sebagai tempat penampungan air di Kabupaten Semarang sangat bergantung pada curah hujan," katanya kepada wartawan di Ungaran kemarin.
Sejumlah embung bahkan juga ada yang hanya mengandalkan sumber air tanah. Maka setiap musim kemarau, debit airnya langsung menyusut dan tidak bisa dialirkan ke area persawahan dan pertanian lainnya.
Untuk mengatasi krisis air, menurutnya, para petani di Kabupaten Semarang diharapkan mengubah pola tanam dari padi ke tanaman palawija. Sebab, tanaman palawija relatif tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak. "Perubahan pola tanam ini sekaligus untuk memutus siklus tanam dan populasi hama," katanya.
Ady menambahkan, sampai sekarang di Kabupaten Semarang terdapat sedikitnya 30 embung yang tersebar hampir di seluruh kecamatan. Namun, embung-embung tersebut kebanyakan berukuran kecil, sekitar 12 X 15 meter persegi. Embung-embung itu umumnya dibangun dengan dana alokasi khusus (DAK) dan anggaran prasarana sarana pertanian (PSP).
Berdasarkan cakupan wilayah rawan kekeringan di Kabupaten Semarang, Distanbunhut menilai jumlah embung saat ini masih sangat kurang. Pemkab berharap dapat menambah embung di beberapa titik langganan kekeringan, seperti Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur. Namun, upaya pembuatan embung selalu terkendala masalah penyediaan lahan yang tidak ada ganti ruginya.
Kesuliltan air di musim kemarau 2012 juga mulai dirasakan warga di RT 07 RW 02, Kampung Pundensari, Semarang. Sejak sepekan terakhir mereka mengaku kekurangan air karena pasokan yang selama ini berasal dari Kawasan Industri Wijayakusuma tidak lagi lancar sehingga warga terpaksa harus membeli air. (Pudyo Saptono)