Jumat, 25 Februari 2011

KORBAN KEBAKARAN KAWENGEN TERIMA BANTUAN

HUMAS-UNGARAN : Korban musibah kebakaran, Zaenal Arifin (57), warga Dusun/Desa Kawengen RT 03/IV Kecamatan Ungaran Timur menerima bantuan dari Pemkab Semarang. Bantuan berupa sembako, uang tunai dan berbagai keperluan sehari-hari yang juga berasal dari BAZIS dan PMI Kabupaten Semarang diserahkan Wakil Bupati Semarang Ir H Warnadi di teras rumah yang terbakar, Kamis (17/2) sore.

Musibah kebakaran yang berlangsung Senin (17/2) pagi itu diduga akibat hubungan pendek arus listrik. Berkat kesigapan tetangga dan warga setempat, api dapat dipadamkan sekitar dua jam kemudian. Namun api telah menghabiskan rumah bagian depan dan seisinya yang sebagian besar terbuat dari kayu jati. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Usai menyerahkan bantuan, Wabup Ir H Warnadi meminta Zaenal Arifin untuk tabah menghadapi musibah. Menurutnya, musibah ini merupakan ujian dari Sang Pencipta dan menuntut kesabaran. “Musibah ini merupakan ujian kesabaran. Hadapi dengan tawakal dan sabar,” kata Wabup.
Wabup juga memerintahkan Kades Kawengen Siswanto untuk membantu pembangunan kembali rumah yang terbakar.
Saat ditanya, Zaenal mengaku tidak mendapat firasat apa-apa sebelum terjadinya musibah pada Senin (17/2) pagi itu. Bahkan, pria beranak tiga ini saat kejadian masih berada di sawah garapannya yang berjarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya. “Saya tidak menyangka rumah saya yang terbakar saat ada tetangga yang menyusul ke sawah mengabari musibah ini,” katanya dengan mata sayu.
Saat kejadian, rumah dalam keadaan kosong. Salah satu anak Zaenal Arifin yang tinggal serumah sedang bersekolah. Sedangkan istri dan dua anak lainnya bekerja di Jakarta.
Salah seorang saksi yang juga tetangga korban, Muryono (40) menceritakan dirinya sempat melihat asap mengepul dari bagian atap rumah. Ketika api semakin membesar, dia  berinisiatif menyiarkan kabar musibah itu ke seluruh dusun lewat pengeras suara mushola yang berada tepat di depan rumah yang terbakar. “Para tetangga saling membantu memadamkan api dengan peralatan seadanya. Untungnya air mudah didapat dari bak penampungan air yang tidak jauh dari lokasi kebakaran,” jelas Muryono.(*/junaedi)
 


Selasa, 15 Februari 2011

Tersangka Dalang Rusuh Temanggung Dibesuk di Polres Semarang

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Tersangka yang diduga aktor intelektual kerusuhan di Temanggung, Sihabudin, Selasa (15/2), dibesuk enam orang dari Front Thoriqul Jihad Jawa Tengah di sel tahanan Markas Kepolisian Resor Kota Besar Semarang.

Para pembesuk tersebut datang ke Mapolrestabes Semarang sekitar pukul 11.00 WIB dengan mengendarai dua mobil bernomer polisi H-8018-CG dan H-9021-UH.

Sekretaris Front Thoriqul Jihad Jateng, Zainal Abidin, mengatakan tujuan menemui Sihabudin adalah untuk mengetahui kondisi secara langsung salah satu tokoh agama yang menjadi panutan di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Temanggung itu.

Ia meminta kepada kepolisian, khususnya Kapolda Jateng Irjen Edward Aritonang untuk bersikap "fair", terbuka, dan hati-hati dalam menangani kerusuhan di Temanggung pada Selasa (8/2) itu.

Menurut dia, kerusuhan yang terjadi tersebut hanya akibat dari kasus yang lebih besar yaitu penistaan agama yang dilakukan oleh terpidana Antonius Richmond Bawengan yang divonis selama lima tahun penjara.

"Kepolisian harus menyelidiki tujuan dan siapa sebenarnya terpidana kasus penistaan agama tersebut karena menjadi penyebab kerusuhan di Temanggung," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Zainal juga membantah pernyataan Kapolda Jateng beberapa waktu sebelumnya terkait dengan tidak adanya korban yang mengalami luka tembak di pihak masyarakat saat terjadi kerusuhan di Temanggung.

"Ada sekitar lima orang yang mengalami luka tembak di beberapa bagian tubuh seperti tumit, betis, dan kaki, sedangkan Solehudin yang merupakan tokoh agama juga tertembak pada bagian kening," ujarnya.

Menurut dia, Sihabudin bukan merupakan aktor intelektual kerusuhan di Temanggung karena pada saat kejadian, yang bersangkutan itu sudah melarang massa untuk berbuat anarkis dan meminta untuk kembali ke rumah masing-masing.

Hingga saat ini, seluruh tersangka kerusuhan di Temanggung yang berjumlah 25 orang terus menjalani pemeriksaan intensif di Mapolda Jateng dan Mapolrestabes Semarang setelah dipindahkan dari Mapolres Temanggung sejak Sabtu (12/2).
Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Antara


Minggu, 06 Februari 2011

Persoalan Banjir di Ungaran Terabaikan

Ungaran, CyberNews. Seiring rencana pembangunan kota yang cenderung ke arah wilayah Ungaran arah timur, sejauh ini solusi persoalan banjir di wilayah itu justru terkesan belum mendapat perhatian, bahkan terabaikan.
Padahal, dengan pesatnya pembangunan ke depan, kemungkinan yang terjadi adalah berkurangnya area tumbuhan sebagai pengikat air tanah. Otomatis, potensi banjir di wilayah itu bisa jadi semakin parah.
Kemungkinan itu pun mulai menimbulkan keresahan masyarakat setempat, terutama di wilayah yang selama ini langganan banjir, seperti Sepete Kalongan dan Kalirejo Ungaran Timur.
"Kami jelas tidak ingin menjadi korban banjir seumur-umur. Memang banjir di wilayah ini sudah sejak lama. Tapi apakah akan dibiarkan terus dengan janji-janji yang urung terealisasi?" ungkap Kadus Sepete Kalongan Kecamatan Ungaran Timur,  Sodiq.
Dia menjelaskan, banjir sebagai dampak pembangunan sudah terbukti, bahkan sejauh ini belum ada penanganan serius dari pemkab. Salah satunya adalah pembangunan perumahan Bukti Leyangan Damai sekitar tahun 1998, yang menurutnya menyebabkan banjir wilayah Sepete.
Dia memperkirakan, pembangunan itu menjadi contoh berkurangnya tumbuhan pengikat air. Hal itu menyebabkan aliran air melalui sungai Sepete berlebih, sementara kapasitas sungai tersebut kecil. "Setiap hujan, jembatan Sepete tenggelam. Dampaknya luar biasa, karena seluruh warga desa tidak bisa melewatinya, termasuk anak sekolah," ujarnya.
Tidak hanya itu, aliran air dari daerah Kajangan dan Bandungan Kalongan yang bertemu di kali Sepete menyebabkan lahan sawah kira-kira seluas 15 hektare terendam. Sejauh ini, petani di wilayah itu tidak panen atau gagal panen.

Pihaknya mengaku sudah berkali-kali mengajukan proposal untuk mengatasi hal itu. salah satu alternatifnya dengan membuat jembatan Sepete menjadi lebih tinggi. Hal itu menurutnya juga pernah diungkapkan bupati saat melakukan tinjauan, meski sebenarnya itu belum menyelesaikan persoalan. Pasalnya, sawah petani tetap terancam.
Selain di Sepete, berlebihnya volume air terjadi di Kali Gung Kelurahan Kalirejo. Potensi banjir wilayah itu dipastikan merugikan petani dan pengguna Jl MT Haryono. "Jalan ini, dan sawah di sepanjang jalan serta dekat Kali Gung ini selalu tergenang hingga tak kelihatan ujungnya. Jelas merugikan," ujar salah satu warga Kalirejo
Muhammad, ditemui di Jl MT Haryono baru-baru ini. Dia menyebutkan, banjir wilayah itu memang sejak lama, kira-kira mulai tahun 70an. Yang membuatnya heran, hingga saat ini pemerintah belum menindaklanjutinya dengan serius.
Plt Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Thohiri saat dikonfirmasi terkait rencana tata kota kaitannya dengan potensi banjir tersebut, hanya memastikan pemerintah akan mengatasinya. Dia tidak menjelaskan konsepnya maupun rencana jangka panjangnya.
Kepala Dinas Bina Marga, ESDM dan SDA Kabupaten Semarang, Totit Oktoriyanto mengatakan, persoalan banjir di wilayah Ungaran Timur jelas sebabnya, namun sulit penanganannya. "Titik yang harus diperbaiki adalah gorong-gorong dekat asrama kebon polo. Jalur itu melewati bawah Jalan Nasional. Jadi kewenangannya di pusat," ujarnya.