1. candi borobudur
Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia.
Candi Borobudur yang terletak di
Magelang, Jawa Tengah, selain menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi pusat ibadat bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan
Waisak. Hal ini sesuai dengan arti namanya yaitu “biara di perbukitan”. Saat ini Borobudur ditetapkan sebagai salah satu
Warisan Dunia UNESCO.
2. candi prambanan
Candi Rara Jonggrang atau
Lara Jonggrang yang terletak di
Prambanan adalah kompleks candi
Hindu terbesar di
Indonesia. Candi ini terletak di pulau
Jawa, kurang lebih 20 km timur
Yogyakarta, 40
km barat
Surakarta dan 120 km selatan
Semarang, persis di perbatasan antara
provinsi Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten
Sleman dan
Klaten.
Candi ini dibangun pada sekitar tahun
850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni:
Rakai Pikatan, raja kedua wangsa
Mataram I atau
Balitung Maha Sambu, semasa wangsa
Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.
3 . candi mendut
Candi Mendut adalah sebuah
candi berlatar belakang agama
Buddha. Candi ini terletak di desa
Mendut, kecamatan
Mungkid,
Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi
Borobudur.
Masa pembuatan
Patung Buddha di dalam candi Mendut
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan
Raja Indra dari dinasti
Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh
824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama
veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama
J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
Arsitektur candi
Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah
basement yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas
basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan
stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah.
Tinggi bangunan adalah 26,4 meter.
Hiasan pada candi Mendut
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita
Pancatantra dan
jataka.
Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapāṇi dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari, Harītī (seorang
yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan Āţawaka.
Buddha dalam posisi
dharmacakramudra.
Di dalam induk candi terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga: yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan (
mudra)
dharmacakramudra. Di depan arca Buddha terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi. Sekarang di depan arca Buddha diletakkan
hio-hio dan keranjang untuk menyumbang. Para pengunjung bisa menyulut sebuah hio dan berdoa di sini.
4. candi muara takus
Candi Muara Takus adalah sebuah
candi Buddha yang terletak di
Riau,
Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara Takus, Kecamatan
XIII Koto,
Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari
Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5
kilometer dan tak jauh dari pinggir
Sungai Kampar Kanan.
Kompleks candi ini dikelilingi
tembok berukuran 74 x 74
meter diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan
Candi Tua,
Candi Bungsu dan
Mahligai Stupa serta
Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa
Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.
Selain dari
Candi Tua,
Candi Bungsu,
Mahligai Stupa dan
Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran
tulang manusia. Diluar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya.
Kompleks Candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhistis ini merupakan bukti pernahnya agama Buddha berkembang di kawasan ini. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya. Yang jelas kompleks candi ini merupakan peninggalan sejarah masa silam.