Senin, 19 Juli 2010

Gendurit, dari Pohon Mundu dan Arit

DIBANDING Kawengen dan Watupawon, ikhwal nama Dukuh Gendurit Desa Kawengen Kecamatan Ungaran tidak terlampau terang. Namun menurut sesepuh Kabid Hardjo Mulyo (67), nama itu berkait dengan keberadaan tokoh misterius yang makamnya terdapat di dukuh tersebut.
Tersebutlah pada zaman dahulu kala seorang lelaki pengelana. Akibat sakit yang diderita, di tengah perjalanan dia meninggal dunia. Jasadnya ditemukan oleh seorang warga yang tengah bekerja di ladang. Di dekatnya ditemukan bende dan sejumlah senjata tajam, di antaranya arit.
Didorong perasaan iba, warga itu memakamkan jenazah pengelana sebagaimana mestinya. Tak lupa dia juga melakukan selamatan, yakni dengan menyajikan panggang ayam serta urap daun gondang.
Bersama jenazah, turut dimakamkan bendo dan arit yang dibawanya. Namun hal itu dilakukan secara terpisah. Jenazah di sebelah barat, sedangkan senjata ditanam berderet di sisi timurnya. Tempat pemakaman adalah di bawah pohon mundu yang rindang.
''Dari kata mundu dan arit itulah dukuh ini dinamakan Gendurit. Tapi sekarang pohon mundunya sudah tidak ada, mungkin sudah mati dan diganti dengan pohon bolu. Tempat itu sekarang menjadi pemakaman umum warga,'' kata Hardjo.
Konon lelaki tak jelas asal-usulnya itu adalah seorang prajurit Diponegoro yang lari dari kejaran tentara Belanda. Untuk itu warga setempat memberi dia penghormatan laiknya seorang cikal-bakal desa. Setiap Jumat Legi di Bulan Rajab mereka menyelenggarakan haul. Warga Dukuh Gendurit dan dukuh-dukuh di sekitarnya seperti Kawengen, Sidorejo, Kambangan, Setro, dan Klesem yang jenazah saudaranya dimakamkan di Makam Gendurit hadir. Mereka masing-masing membawa seekor ayam kampung yang masih hidup. ''Dulu seluruh ayam yang dibawa peziarah dimasak. Tapi sekarang yang dimasak cuma sepasang jantan dan betina. Yang lain dijual dan uangnya dimanfaatkan untuk kas desa.''
Aktivitas memasak panggang ayam kampung dan urap daun gondang dilakukan di tengah pemakaman. Seusai melakukan tahlilan, sajian itu dimakan bersama-sama oleh peziarah yang hadir.
Dihormati
Lazimnya makam-makam yang dikeramatkan, muncul kepercayaan terkait hal-hal bersifat supranatural. Sebagian warga yang percaya, menjadikan makam sosok misterius itu sebagai tempat memohon pengharapan. Dari cerita-cerita berbau klenik yang berkembang di masyarakat, tersebutlah seorang warga bernama Paimin yang sepanjang hidupnya selalu miskin dan menderita. Dengan maksud mencari berkah, suatu hari dia melakukan tirakat di dekat makam. Malam hari saat tengah khusyuk bersemadi dia melihat seekor ular weling yang kulitnya mengeluarkan cahaya terang. Namun setelah dipegang, tubuh ular berbisa itu berubah menjadi sebatang keris pusaka.
Kisah lain menyebutkan seorang warga setelah bersemadi mendapat seekor jangkrik. Saat diadu dengan jangkrik-jangkrik lain, selalu menang. Tak hanya di lingkungan dukuh, jangkrik super itu dibawa sampai ke kota. Tak heran jika dia beroleh banyak uang dari hasil taruhan.
''Sampai sekarang, warga sini tidak tahu siapa sejatinya sosok pengelana yang dikubur di makam Gendurit itu. Meski demikian, dia tetap dihormati dan diperingati haulnya seperti halnya cikal-bakal desa sendiri,'' tandas Hardjo. (Rukardi-16)


2 komentar:

Anonim mengatakan...

taG cMua ORAng pRcya dNG HAl2 eaNg bERbAU MiStIs,.,tp cra pEmIkIraN OraNG Beda2,,bnYAk eAnG PrCYA.,BnYAk UgH EAnG MeNGAnggp iTYu cMua HnYA OmOnG KoSoNG bElaKA..,TP dNg KpRCAyayaN EAnG D MlIkI OlEh MAsyaRAkaT ITYU cNdRiE,.,ICA mEmBuKTI_KAn.,BAhwa bNYAk KjaDIAN2 EAng blUm n gag akn pRNAh qT JUmpai D JMAn EAnG mOdErN InIe,.

Anonim mengatakan...

oh...ya??????