Selasa, 22 Mei 2012

Konsinyasi Lahan Tol Semarang-Solo Segera Diberlakukan


UNGARAN, suaramerdeka.com - Gubernur Bibit Waluyo menegaskan siap memberlakukan konsinyasi dalam pembebasan lahan proyek jalan tol Semarang-Solo seksi II Ungaran-Bawen sepanjang 11,9 kilometer. Upaya konsinyasi bakal ditempuh apabila pemilik lahan di Desa Lemah Ireng, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang tetap ngotot tak mau melepaskan tanah untuk proyek jalan tol. Pernyataan itu diungkapkan Bibit Waluyo saat meninjau pembangunan ruas tol Ungaran-Bawen, Selasa (22/5).
"Batasan waktunya 30 hari sejak tim pembebasan tanah nantinya menginformasikan ke warga (Lemah Ireng-red) terhadap harga ganti lahan. Konsinyasi ini merupakan prosedur hukum dalam penyelesaian sebidang tanah untuk menyelesaikan proyek jalan tol," kata gubernur didampingi Direktur Utama PT Trans Marga Jateng (TMJ) Jajat Sudrajat dan Kepala Dinas Bina Marga Jateng Danang Atmodjo.
Meski demikian, pihaknya berharap tidak perlu ada konsinyasi dan pemilik lahan yang terkena proyek tol legawa melepaskan tanahnya. Sebab, pembangunan proyek jalan tol itu merupakan yang terbaik untuk masyarakat. Rakyat tidak dirugikan, tetapi justru malah diuntungkan dengan uang pengganti tersebut.
"Kepada saudaraku yang belum sesuai tolong dipahami, langkah konsinyasi dengan penawaran harga maksimal ini merupakan yang terbaik. Monggo, enggal kemawon, pemilik lahan disesuaikan dengan rekan lain agar proses jalan tol cepat jadi," ujarnya.
Menurut dia, progres pembangunan ruas tol Ungaran-Bawen ini sudah sesuai perencanaan atau skedul dengan penyelesaian 21 persen. Tiga pelaksana proyek yaitu PT Adi Karya, PT Pembangunan Perumahan (PP), dan PT Waskita Karya kini terus melakukan kegiatan pembangunan tol Ungaran-Bawen yang ditarget selesai bulan Maret 2013 tersebut.
Dalam pantauan tersebut, gubernur meninjau akses jalan keluar tol Bawen, interchange (tempat simpang susun) Bawen, Jembatan 2 Lemah Ireng, dan Jembatan 1 Lemah Ireng.



Polisi Buru Pelaku Pembunuhan Siswi SMP ke Luar Kota


UNGARAN, suaramerdeka.com - Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Semarang terus memburu pelaku pembunuhan Tri Wulandari (16), siswi kelas IX sebuah SMP Negeri di Kabupaten Semarang, warga Dusun Krasak RT 2 RW 1, Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang.
Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, pihak kepolisian sudah mengantongi identitas pelaku. Keterangan tersebut dikatakan Kapolres Semarang AKBP IB Putra Narendra melalui Kasat Reskrim AKP Agus Puryadi, ketika dihubungi, Selasa (22/5).
"Kami telah mendapat titik terang identitas pelaku, saat ini anggota masih memburu pelaku di tiga lokasi terpisah, diantaranya Boyolali, Solo, dan Yogyakarta," ujarnya, Selasa (22/5).
Ketika ditanya lebih lanjut, pihaknya belum bersedia membeberkan identitas atau inisial pelaku. Terlepas dari itu, dirinya menandaskan bila dalam waktu dekat akan meringkus pelaku.
Keterangan yang sama diungkapkan Kepala Desa Boto, Sjaichul Hadi. Dirinya saat ditemui beberapa waktu lalu mengatakan, juga masuk dalam tim penyelidikan kasus pembunuhan yang menimpa salah satu warganya tersebut.
Dia menuturkan, dari pelacakan sementara, diduga pelaku baru mengenal korban melalui akun jejaring sosial. Hanya saja, diperlukan kajian lagi untuk memastikannya.



Minggu, 13 Mei 2012

Mabuk Berat, Seorang Pengendara Terjun ke Sawah


BANDUNGAN, suaramerdeka.com -Diduga terpengaruh alkohol secara berlebihan saat berkaroke, Lukman Hari Wibowo (27) warga Longkungan Kaligawe, Susukan, Ungaran Timur tidak bisa mengontrol motornya sehingga terjun ke area persawahan milik warga di Desa Duren, Bandungan, Minggu (13/5) dini hari.
Akibat kejadian tersebut, Lukman mengalami luka robek pada mulut, sehingga harus mendapat beberapa jahitan. Sementara itu, paha kaki kirinya korban juga terdapat luka memar sehingga sulit bergerak.
Saat ditemui di Ruangan Periksaan Polsek Bandungan, Lukman masih terlihat lemas dan belum pulih. Kepada Polisi Lukman mengaku, malam sebelumnya dia bepergian untuk karoke dengan rekannya menggunakan motor. Namun ketika pulang, dia tertinggal di belakang hingga akhirnya mengalami kecelakaan tunggal saat melalui tikungan menurun di Desa Duren.
"Kondisi saya mabuk berat dan masuk ke sawah, baru sadar ketika didatangi warga dan Polisi pagi harinya," katanya.
Kapolres Semarang AKBP IB Putra Narendra melalui Kapolsek Bandungan, Iptu Herman Sofian menuturkan, kecelakaan tunggal tersebut diduga karena korban over meminum minuman yang mengandung alkohol saat berkaroke bersama rekan-rekannya hingga pukul 04.00 WIB.
"Pengaruh alkohol yang masuk ke tubuh korban membuat dia terjun bebas bersama motor Supra 125 H 5783 ZZ ke area persawahan. Korban kami temukan pagi hari setelah ada sejumlah masyarakat yang melapor ke Polsek," jelasnya.
Ditambahkan Kapolsek, pihaknya telah menghubungi keluarga korban untuk melakukan penjemputan di Mapolsek. Guna mempertanggungjawabkan perbuatannya, korban diminta membuat surat pernyataan tidak akan mengulang perbuatannya lagi.



Sabtu, 12 Mei 2012

Inilah Jembatan di Dalam Kolong Jembatan

UNGARAN, KOMPAS.com - Kreativitas kadang muncul dari situasi yang serba terbatas. Sebuah jembatan penyeberangan di Praguman, Tuntang, kabupaten Semarang dibuat di luar kelaziman, yakni di atas sungai dalam kolong jembatan jalan raya. 

Keselamatan, menjadi satu-satunya alasan mengapa jembatan ini masih bertahan sejak dari zaman Belanda. Jembatan berkonstruksi kayu ini sangat vital bagi warga kampung Praguman yang dipisahkan secara demografis oleh Jalan raya Tuntang - Salatiga yang merupakan jalur utama Semarang - Solo. 

Warga Praguman Wetan yang hendak ke masjid atau sawah yang letaknya dibarat jalan raya, harus melewati jembatan ini jika tak ingin "setor" nyawa. Pasalnya, tak mudah memutus arus kendaraan yang rata-rata melintas dengan kecepatan tinggi. 

"Yang paling rawan itu pada saat anak-anak masuk ke sekolah dan jam pulang sekolah. Untunglah ada jembatan itu, sehingga orangtua tak perlu was-was lagi," kata Agus Santoso (54), Pemilik warung kopi yang ada di depan SDN 1 Tuntang. 

"Jembatan di bawah jembatan" begitu warga menyebut, mempunyai panjang 15 meter dan lebar 1 meter. Pada dinding kolong jembatan, terdapat dua buah lampu penerangan yang menyala 24 jam. Untuk masuk ke dalamnya, orang dewasa harus membungkuk karena tinggi kolong dari lantai jembatan kurang dari 1,2 meter. 

"Dulu sebelum jembatan di atasnya direhab, jembatan penyeberangan ini cukup lebar. Ada sekitar 2,5 meter lebarnya dan tinggi 1,5 meter. Jadi warga tak terlalu membungkuk ketika masuk," kata Ariyatno (37), warga Praguman Kulon. 

Sekitar tiga tahun yang lalu pemerintah membongkar jembatan di atasnya menyusul pelebaran jalan raya. Pada saat itu, kata Ariyatno, warga meminta agar kolong jembatan bisa dibangun lebih tinggi supaya sepeda motor bisa lewat. Namun kenyataanya, ukuran lebar maupun tinggi kolong justru semakin berkurang. 

Menurut pengakuan Ariyatno, jembatan penyeberangan bawah kolong ini sudah ada sejak ia lahir.Mbah Parjan, kakeknyalah yang pertama kali membuat jembatan ini pada zaman Belanda dengan menggunakan matrial bambu. Pekerjaan Mbah Parjan sebagai pembuat batu bata, membuatnya seringkali harus menyeberang jalan raya dari rumahnya yang ada disisi timur jalan menuju persawahan di bagian barat jalan raya. 

"Karena harus bolak-balik, sedangkan menyeberang jalan ini butuh waktu lama apalagi jika sedang bawa keranjang rumput. Muncullah ide Mbah Parjan membuat jembatan penyeberangan ini," kata Ariyatno. 

Jembatan penyeberangan ini, kata Ariyatno, beberapa kali diperbaiki oleh warga untuk mengganti kayu-kayunya yang lapuk. Kerusakan terparah pernah terjadi saat sungai di bawahnya diterjang banjir bandang beberapa tahun yang lalu. 

Warga berharap pemerintah bisa membangunkan sebuah jembatan penyeberangan yang layak dan lebih aman. 




Sumber : http://regional.kompas.com/


PLTPB Gunung Ungaran Terkendala Izin Menhut


SEMARANG, suaramerdeka.com - Proses pengeboran pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang sampai saat ini belum dapat dimulai. Hal ini dikarenakan belum turunnya izin dari menteri kehutanan (Menhut).
"Yang sudah turun baru izin eksplorasi, tapi izin dari Menhut sebagai pemilik wilayah belum terbit," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya mineral Jawa Tengah, Teguh Dwi Paryono, Jumat (11/5).
Seperti diketahui Pemprov Jateng akan mengoptimalkan potensi energi terbarukan untuk sumber listrik dengan membangun proyek PLTPB. Selain di Gunung Ungaran, dua daerah lain juga memiliki potensi panas bumi cukup besar yakni di Guci Kota Tegal dan Baturraden Kabupaten Banyumas.
Di tiga daerah itu nantinya akan dibangun proyek PLTPB untuk menambah pasokan listrik di Jateng khususnya dan Jawa-Bali pada umumnya. Dari PLTPB Ungaran diproyeksikan dapat menghasilkan listrik sebesar 2 x 55 Mega Watt, PLTPB Guci 55 MW dan PLTPB Baturraden 2 x 110 MW.
Ketiga PLTPB tersebut telah mendapatkan izin usaha pertambangan dari Pemprov Jateng dan Pemkab setempat. Khusus PLTPB Ungaran, pada tahun 2012 ini diharapkan sudah bisa dilakukan pengeboran atau eksplorasi karena sudah melaksanakan tahapan detail geologi, geofisika dan geokimia (DGGG).
Di Kawasan Gunung Ungaran terdapat beberapa areal sumur sumber panas bumi yang perlu dibor untuk memastikan potensi besarnya tenaga panas bumi yang ada di dalamnya. Pelaksanaan pengeboran inilah yang masih terkendala izin dari Menhut. Proyek PLTPB Ungaran yang menelan dana antara Rp 3 triliun–Rp 5 triliun ini dilakukan pihak swasta yakni PT Golden Spike Energy Indonesia melalui anak perusahaannya PT Giri Indah Sejahtera.
Teguh mengharapkan, izin bisa segera turun agar pembangunan pembangkit di kawasan Gedongsongo dapat segera dimulai pada tahun. "Jika proses eksplorasi dimulai tahun ini, maka pembangkit listrik sudah dapat beroperasi pada 2016," katanya.


Jumat, 11 Mei 2012

Menyinergikan Visit Jateng


JAWA TENGAH - TAHUN depan bisa menjadi tahun mengesankan bila realisasi program Visit Jateng Year 2013 sukses. Bolehlah kita bermimpi sebagai cita-cita, tahun depan ada jutaan wisatawan nusantara dan mancanegara berkunjung ke Jawa Tengah. Mereka akan membelanjakan uangnya di provinsi ini sehingga perekonomian masyarakat pun terdongkrak.
Bukan perkara mudah mendatangkan wisatawan ke Jateng tanpa kerja keras dan strategi jitu. Borobudur yang sudah dikenal puluhan tahun oleh wisatawan mancanegara tidak mampu mengangkat kota-kota di Jawa Tengah menjadi kota pariwisata.
Strategi jitu langsung pada sasaran harus diterapkan. Konsumen kelas atas, menengah, dan bawah biasanya memiliki selera berbeda. Menurut Mangkunegara (1988) masyarakat kelas atas cenderung berminat pada produk yang paten atau memiliki nilai kebutuhan estetika yang tinggi, dikenal, dan konservatif.
Objek wisata yang mereka minati juga memiliki kriteria serupa, contohnya Borobudur, Prambanan, keraton, dan kebutuhan penginapan eksklusif. Objek wisata itu, selain memiliki beberapa nilai yang tinggi (histori dan penampilan visual) juga tentu kebersihan, kemudahan, dan kenyamanan ketika mereka menikmati objek itu.
Masyarakat kelas menengah berminat pada produk yang menunjukkan kekayaannya, bersifat eksploratif dalam menikmati barang/ jasa. Maka dalam berwisata pun mereka cenderung eksploratif, ingin mengetahui berbagai tempat wisata, sekali pun tempat itu belum begitu dikenal.  
Kemungkinan besar, daerah Semarang dan sekitarnya yang belum dikenal akan diminati oleh masyarakat kelas menengah. Tetapi dengan strategi maksimal mengemas produk menyerupai ciri-ciri yang diminati masyarakat kelas atas, bisa saja objek ini diminati.
Upaya memaksimalkan strategi perlu didukung para stakeholder. Pemerintah banyak berperan pada kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi pelaku wisata, misalnya fungsi koordinasi dan pengawasan di seputar lingkungan objek wisata, seperti program memperindah kota dengan pengecatan, kebersihan, dan menonjolkan identitas kota secara heboh di beberapa ruas jalan. Contohnya di sudut kota Solo ada topeng raksasa yang menonjolkan identitas kota.
Kota Multikultural
Barangkali Semarang memiliki identitas bandeng raksasa, atau sepasang pengantin kaji yang merupakan budaya asli Semarang. Bila perlu untuk menyambut Visit Jateng 2013, pemerintah menganjurkan masyarakat mengenakan batik tiap hari pada puncak kegiatan itu. Elemen masyarakat harus bersikap kondusif dengan wisatawan, semisal bersikap ramah, tidak ngerjain wisatawan dengan tarif yang mencekik.
Agen pariwisata perlu kerjasama membuat program kunjungan yang dikemas menarik menurut versi wisatawan. Pemerintah perlu mengontrol rute dan daya tarik wisata dari tiap-tiap perjalanan wisata. Misalnya selama menjelang hingga akhir puncak Visit Jateng Year 2013, menyelenggarakan festival kesenian yang menyuguhkan kesenian dan tarian yang telah teruji daya tariknya sebagai kota multikultural di lokasi tertentu, seperti Kota Lama, Warung Semawis, dan Balai Kota, secara gratis yang pelaku seninya bisa berasal dari masyarakat, pelajar, dan mahasiswa.
Sebagai kota multikultural, Semarang mempunyai penduduk multietnik, baik penduduk menetap maupun sementara. Masyarakat etnik ini antara lain dapat dijumpai pada mahasiswa perguruan tinggi di Semarang dan sekitarnya. Tanggal 20 Maret 2010 Peer Educator Unika Soegijapranata pernah menghadirkan mahasiswa se-Semarang dan sekitarnya dari 14 suku plus etnis China untuk menampikan hasil kesenian dan kebudayaannya.
Menarik bila pada Visit Jateng Year 2013, kota Semarang mengerahkan segenap potensinya, dari elemen pemerintah, swasta, masyarakat, pers, hingga pendidikan. Beberapa perguruan tinggi dapat mendampingi para stakeholder, khususnya agen perjalanan dan wisata, atau bahkan mahasiswa sebagai pemandu wisata. (10)

— Drs Paulus Hariyono MT, dosen humaniora Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata Semarang



Selasa, 08 Mei 2012

Serunya Berkuda di Kompleks Candi Gedongsongo, Semarang






Jika Anda merasa berwisata candi adalah hal yang membosankan, itu berarti Anda harus datang ke Candi Gedongsongo. Tidak hanya candi, di sini Anda bisa menikmati Kota Semarang dari ketinggian dengan menggunakan kuda. Asyik!
Candi Gedongsongo merupakan sebuah kompleks bangunan candi peninggalan Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Candi ini berada di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi.
Uniknya, lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Untuk bisa menjangkau semua, membutuhkan waktu yang lama dengan medan yang menanjak.
Nah, tapi Anda tidak perlu khawatir. Di kompleks candi ini terdapat tempat penyewaan kuda yang bisa mengantar Anda menjelajah candi di kaki Gunung Ungaran ini. 
Udara sejuk sudah pasti akan menemani Anda saat berkuda. Ditemani dengan pawang, Anda akan diajak berkeliling kompleks candi dengan biaya Rp 50.000 bagi wisatawan lokal dan Rp 70.000 bagi wisatawan mancanegara. Tarif tersebut belum termasuk biaya masuk candi sebesar Rp 5.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 25.000 untuk wisatawan mancanegara.
Candi Gendong yang pertama mungkin belum bisa menyajikan pemandangan yang Anda dambakan. Namun, setelah terus mendaki ke candi berikutnya, pemandangan akan jadi jauh lebih cantik. 
Semakin besar angka di nama candi, semakin tinggi pula Anda harus mendaki. Akan tetapi, pemandangan akan semakin indah. Di candi yang paling atas, yaitu candi ke sembilan, tersaji pemandangan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, dan Gunung Telomoyo.
Atau jika ingin mencoba hal yang lainnya lagi, Anda bisa menyewa jasa kuda tersebut untuk berkeliling Desa Candi. Desa ini memiliki pemandangan yang tidak kalah menarik. Anda akan diantar menyusuri desa yang sangat tenang dan sangat alami. Suara sepatu kuda yang beradu dengan bebatuan di jalan setapak akan membawa Anda pada tingkat kenyamanan.
Akan tetapi, paket berkeliling Candi Gedongsongo tadi belum termasuk paket berwisata ke Desa Candi. Untuk berkeliling desa, Anda harus membayar biaya tambahan sebesar Rp 25.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 35.000 untuk wisatawan mancanegara.
Jika merasa lelah berkiling candi dan desa, Anda bisa minta diantar ke pemandian air panas yang ada di sekitar kompleks candi. Berendam di kolam dengan udara yang dingin memang sangat nikmat. Apalagi jika air di dalam kolam tersebut berasal dari sumber mata air panas.
Wisata ini lengkap dimiliki oleh kompleks Candi Gedongsongo. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, berwisata candi!


Sumber : http://travel.detik.com


Polisi Akan Sebar Foto Korban Pembunuhan di Hotel Aman


UNGARAN, suaramerdeka.com - Pihak kepolisian Resort Semarang terus mengembangkan kasus penemuan mayat wanita tanpa identitas di Hotel Aman Ambarawa. Untuk mengungkap kasus tersebut, kini Polisi memfokuskan pada penelusuran identitas korban.
Kapolres Semarang AKBP IB Putra Narendra melalui Kasat Reskrim Polres Semarang, AKP Agus Puryadi menyebutkan, pascapenemuan mayat kemarin, ada warga Gugik, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang yang melapor ke Polisi atas kehilangan keluarga mereka.
Didampingi Polisi, mereka kemudian melihat jasad wanita tersebut ke RS Bhayangkara Semarang. Namun setelah dicek, ciri orang yang dimaksud tidak ada kesamaan pada korban. Warga tersebut mengaku bila salah satu gigi keluarga mereka patah, sedangkan kondisi gigi korban utuh semuanya.
"Kemarin ada satu keluarga yang datang bersama kepala desa, namun setelah dicocokkan tidak ada kesamaan pada korban. Warga tersebut mengatakan bila gigi salah satu keluarganya ada yang patah, sedangkan pada gigi korban terlihat utuh," jelas Kasat.
Guna memastikan, selain melihat ciri jasad korban, Polisi juga berencana hendak mengambil sampel DNA dari salah satu keluarga yang melapor tersebut sembari menyiapkan foto dan ciri korban untuk disebar ke berbagai wilayah.
Dijelaskan Kasat, dari hasil rekaman CCTV di Kantor Pegadaian yang terletak tepat di samping TKP, Polisi kesulitan mendeteksi wajah pelaku mengingat keberadaan kamera CCTV terhalang oleh spanduk. Sedangkan kamera CCTV milik Indomart Ambarawa I yang terletak sekitar 300 meter dari TKP tidak bisa diambil rekamannya karena kerusakan teknis.



UN SD/MI, Panitia Temukan Lembar LJK Terlipat


AMBARAWA, suaramerdeka.com - Panitia Ujian Nasional (UN) Kabupaten Semarang menemukan 20 lembar jawab komputer (LJK) dalam kondisi terlipat sebagian. Penemuan tersebut terjadi pada hari pertama pelaksanaan UN tingkat SD/MI sederajad.
Namun demikian, Ketua Panitia UN Kabupaten Semarang, Mukadi mengatakan hal itu tidak mengganggu pelaksanaan UN karena LJK hanya terlipat dan tidak rusak. "Setelah diperiksa, LJK itu tetap dapat digunakan dan dipastikan tidak menjadi kendala saat dipindai," kata Mukadi saat mendampingi Wakil Bupati Semarang, Warnadi meninjau pelaksanaan UN di SD Negeri Sudirman Ambarawa, Selasa (8/5).
Dijelaskan, secara keseluruhan pelaksanaan UN SD/MI/SDLB pada hari pertama berjalan lancar. Pihaknya hanya menemukan dua orang siswa yang tidak mengikuti UN pada hari pertama karena sakit. Dua siswa tersebut tercatat sebagai siswa di SD Negeri Sidomulyo 4 Ungaran Timur dan SD Negeri Baran 2 Ambarawa. "Mereka masih bisa mengikuti ujian susulan yang diselenggarakan pada 14-16 mendatang. Kami berherap mereka dapat mengikutinya agar mampu mendukung prosentase kelulusan UN di tingkat Kabupaten," jelasnya.
Sementara itu, pihak panitia UN juga mendapatkan laporan dari SD Negeri Panjang III Ambarawa, yang menyebutkan salah satu siswanya nyaris menolak mengikuti UN di sekolahnya hanya karena pengaturan peserta UN dalam satu ruangan.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, Melati (nama samaran) siswa SD Negeri III Panjang itu menangis dan mengancam tidak ikut UN bila panitia menempatkan dirinya seorang diri pada ruang ujian nomor 3. Namun setelah ruang tersebut diisi enam siswa, Melati pun akhirnya mau mengikuti UN.