Ungaran, CyberNews. Seiring rencana pembangunan kota yang cenderung ke arah wilayah Ungaran arah timur, sejauh ini solusi persoalan banjir di wilayah itu justru terkesan belum mendapat perhatian, bahkan terabaikan.
Padahal, dengan pesatnya pembangunan ke depan, kemungkinan yang terjadi adalah berkurangnya area tumbuhan sebagai pengikat air tanah. Otomatis, potensi banjir di wilayah itu bisa jadi semakin parah.
Kemungkinan itu pun mulai menimbulkan keresahan masyarakat setempat, terutama di wilayah yang selama ini langganan banjir, seperti Sepete Kalongan dan Kalirejo Ungaran Timur.
"Kami jelas tidak ingin menjadi korban banjir seumur-umur. Memang banjir di wilayah ini sudah sejak lama. Tapi apakah akan dibiarkan terus dengan janji-janji yang urung terealisasi?" ungkap Kadus Sepete Kalongan Kecamatan Ungaran Timur, Sodiq.
Dia menjelaskan, banjir sebagai dampak pembangunan sudah terbukti, bahkan sejauh ini belum ada penanganan serius dari pemkab. Salah satunya adalah pembangunan perumahan Bukti Leyangan Damai sekitar tahun 1998, yang menurutnya menyebabkan banjir wilayah Sepete.
Dia memperkirakan, pembangunan itu menjadi contoh berkurangnya tumbuhan pengikat air. Hal itu menyebabkan aliran air melalui sungai Sepete berlebih, sementara kapasitas sungai tersebut kecil. "Setiap hujan, jembatan Sepete tenggelam. Dampaknya luar biasa, karena seluruh warga desa tidak bisa melewatinya, termasuk anak sekolah," ujarnya.
Tidak hanya itu, aliran air dari daerah Kajangan dan Bandungan Kalongan yang bertemu di kali Sepete menyebabkan lahan sawah kira-kira seluas 15 hektare terendam. Sejauh ini, petani di wilayah itu tidak panen atau gagal panen.
Pihaknya mengaku sudah berkali-kali mengajukan proposal untuk mengatasi hal itu. salah satu alternatifnya dengan membuat jembatan Sepete menjadi lebih tinggi. Hal itu menurutnya juga pernah diungkapkan bupati saat melakukan tinjauan, meski sebenarnya itu belum menyelesaikan persoalan. Pasalnya, sawah petani tetap terancam.
Selain di Sepete, berlebihnya volume air terjadi di Kali Gung Kelurahan Kalirejo. Potensi banjir wilayah itu dipastikan merugikan petani dan pengguna Jl MT Haryono. "Jalan ini, dan sawah di sepanjang jalan serta dekat Kali Gung ini selalu tergenang hingga tak kelihatan ujungnya. Jelas merugikan," ujar salah satu warga Kalirejo
Muhammad, ditemui di Jl MT Haryono baru-baru ini. Dia menyebutkan, banjir wilayah itu memang sejak lama, kira-kira mulai tahun 70an. Yang membuatnya heran, hingga saat ini pemerintah belum menindaklanjutinya dengan serius.
Plt Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Thohiri saat dikonfirmasi terkait rencana tata kota kaitannya dengan potensi banjir tersebut, hanya memastikan pemerintah akan mengatasinya. Dia tidak menjelaskan konsepnya maupun rencana jangka panjangnya.
Kepala Dinas Bina Marga, ESDM dan SDA Kabupaten Semarang, Totit Oktoriyanto mengatakan, persoalan banjir di wilayah Ungaran Timur jelas sebabnya, namun sulit penanganannya. "Titik yang harus diperbaiki adalah gorong-gorong dekat asrama kebon polo. Jalur itu melewati bawah Jalan Nasional. Jadi kewenangannya di pusat," ujarnya.
Minggu, 06 Februari 2011


0 komentar:
Posting Komentar